Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan menggelar upacara bendera memperingati Hari Ulang Tahun ke 72 Kemerdekaan RI di lapangan kantor DPP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Kamis (17/8). Upacara bendera dipimpin oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, sebagai Inspektur Upacara. Sejumlah Ketua Bidang DPP PDI Perjuangan seperti Hendrawan Supratikno, Andreas Hugo Pareira, Ribka Tjiptaning, Sukur Nababan, Sri Rahayu, dan Daryatmo Mardiyanto terlihat hadir.
Tampak pula para senior di sayap kepemudaan partai seperti Maruarar Sirait dari Taruna Merah Putih, Nazaruddin Kiemas dari Banteng Muda Indonesia, dan Masinton Pasaribu dari Repdem. Sejumlah anggota dewan juga hadir seperti Marianus Gea, Ari Batubara, dan Rudianto Tjen. Ribuan kader dan fungsionaris PDIP dari wilayah Jakarta hadir mengikuti upacara itu. Upacara berlangsung seperti upacara kenegaraan resmi pada umumnya. Selepas paskibra menaikkan bendera merah putih, Inspektur Upacara, Hasto Kristiyanto membacakan sambutan dan lima instruksi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Ibu. Hj. Megawati Soekarnoputri.
Acara kemudian diisi Parade Tari Nusantara. Dimulai tari adat Mogaele dari Nias, Provinsi Sumatera utara untuk menyambut para petingi partai. Sambutan berwujud pemberian pinang dari dua orang perempuan penari berbusana adat kepada pejabat struktural partai, tamu, dan undangan. Menyusul usai tari Mogaele, penampilan rancak tari Kipas dari Jawa Barat, dibawakan oleh tujuh perempuan penari berpakaian daerah.
Parade Tari Nusantara ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah. Kekayaan budaya harus terus dilestarikan sebagai manifestasi konkret perekat kebhinekaan.
Pagelaran tari daerah berlanjut penampilan tari Saman khas Nanggroe Aceh Darussalam yang bercorak kompak dan dinamis. Peserta upacara dan masyarakat yang hadir di lokasi acara berdecak kagum menyaksikan 18 perempuan penari. Selepas tari Saman, para perempuan penari khas Nias kembali tampil sambil membawa topi anyaman daun pohon aren atau enau. Tari Penyanyam Topi ini identik kehidupan masyarakat Pulau Nias dan Sumatera Utara. Topi adalah sahabat keseharian para petani dan nelayan untuk peneduh dari terik matahari serta hujan.
Berikutnya, penampilan sembilan pemuda membawa tameng (baluse), pedang (gari), dan tombak (toho) dengan gagah menarikan tari Perang (Fatele) khas Nias. Berlanjut tradisi Lompat Batu (Hombo Batu) yang biasanya dimainkan para pemuda Nias. Rangkaian Parade Tari Nusantara diakhiri tarian Gemu Famire khas masyarakat Nusa Tenggara Timur. Seluruh jajaran struktural, kader partai, dan masyarakat yang hadir bersyukur, larut dalam suka cita menyambut hari kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar