Merdeka.com - Ketua Dewan pengurus Setara Institute Hendardi menilai Presiden Jokowi menjadikan dukungan masyarakat atas pelaksanaan hukuman mati untuk pencitraan dirinya agar kelihatan tegas dalam menegakkan hukum di Indonesia. Padahal, ungkap Hendardi, ketegasan hukum sejatinya ada dalam garis benar dan adil.
"Jokowi gunakan dukungan publik untuk hukuman mati. Dia manfaatkan itu untuk citra dirinya. Dia justru tidak melakukan edukasi yang benar. Dia juga lihatkan ketegasan hukum tapi dalam ditertawakan dunia soal hukuman mati. Proses ketegasan harus dalam prosedur yang benar dan adil," ungkap Hendardi di sekretariat FITRA, Jl Bendungan Hilir, Jakpus, Sabtu (25/5).
Menurutnya, kebijakan jokowi untuk tetap melaksanakan hukuman mati bertolak belakang dengan semangat Konferensi Asia Afrika sebelumnya. Apalagi, hukuman mati dilaksanakan saat konflik antara KPK dan Polri belum benar-benar berakhir.
"Ini juga panorama yang ironik, di tengah kita ada KAA yg dasarnya juga berjuang untuk HAM. Di sisi lain kita praktikan hukuman mati. Ini memperlihatkan keloyoan Jokowi atas soal KPK dan Polri kemudian mereguk citra atas dukungan masyarakat yang kurang mengerti bagaimana sebenarnya latar belakang sebuah hukuman mati," lanjut Hendardi.
Padahal, lanjut Hendardi, Indonesia adalah negara penting untuk dunia. Akan tetapi Presiden Jokowi sama sekali tidak memperhatikan hal itu. Sebab kata dia, pelaksanaan hukuman mati di sisi lain akan menyebabkan minat investor menurun.
"Indonesia negara penting di dunia. Penduduk Islam moderat terbesar, potensi pasar dari segi komposisi penduduk, SDA terbesar. Problemnya, Presiden Jokowi justru melakukan hal fatal. Investor pasti akan mundur," pungkas Hendardi.
Sabtu, 25 April 2015
Setara Institute: Jokowi manfaatkan hukuman mati untuk pencitraan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar