Senin, 23 November 2015

Pemuda Harus Memiliki karakter dan moralitas kebangsaan







Semarang, 23/11 (InfoJatengNews.com) – Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Juliari P Batubara menegaskan orang yang pintar, tetapi tidak memiliki karakter berbangsa adalah percuma.

“‘Pinter’, namun tidak punya karakter dan moralitas sesuai dengan empat pilar kebangsaan, tidak ada gunanya,” katanya di sela “Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan” di SMA Negeri 1 Semarang, Minggu.

Menurut politikus PDI Perjuangan itu, masyarakat semuanya memiliki hutang kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus dibayar dengan cara berkontribusi bagi bangsa.


Hutang itu, kata dia, tidak bisa dibayar dengan uang, tetapi dengan memberikan kontribusi dan berguna bagi bangsa dan negara dalam berbagai bidang kehidupan, terutama kalangan anak muda.


“Kita hidup di Indonesia. Yang namanya utang itu, harus dibayar. Cara membayarnya bagaimana? Ya, bagaimana berguna bagi bangsa dan negara,” kata anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah I itu.

Ari, sapaan akrab Juliari mengatakan ada banyak bidang kehidupan yang bisa disumbangkan kontribusinya oleh generasi muda, seperti bidang olahraga, organisasi, kebudayaan, dan teknologi.

Ia mengatakan hutang itu harus dibayar dengan prestasi, namun jangan secara sempit diartikan hanya pintar secara akademis karena akan percuma tanpa adanya bekal karakter dan moralitas kebangsaan.


“Bagaimana jadi pintar itu gampang, yakni dengan belajar. Namun, bagaimana itu disertai dengan kesadaran berbangsa yang memiliki cara hidup sesuai dengan empat pilar kebangsaan,” katanya.

Pancasila sebagai pilar utamanya, kata dia, harus menjadi landasan karakter kebangsaan, sebagaimana dimiliki Jepang dan Korea yang mampu bangkit dari keterpurukan dan sekarang ini menjadi negara maju.

“Ingat pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Semuanya hancur lebur. Namun, mereka mampu membuktikan bahwa jiwa dan semangat mereka tidak kalah dengan kedahsyatan bom atom,” pungkasnya.

Sementara itu, budayawan St Sukirno mengatakan jangan pernah merasa Pancasila hanya karena sekali mengikuti sosialisasi empat pilar kebangsaan, sebab tanpa kemauan dan upaya akan sia-sia.

“Sebagai contoh, apakah pasti menjadi dalang itu karena anak seorang dalang? Belum tentu. Banyak anak dalang yang tidak bisa ‘ndalang’, namun ada yang bukan anak dalang justru mahir ‘ndalang’,” katanya.


Artinya, kata mantan Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Semarang itu, harus ada kemauan, upaya, dan latihan secara berulang terhadap sesuatu agar bisa memahami, sama seperti Pancasila. (Bj)

Jumat, 13 November 2015

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Oleh Anggota MPR RI Juliari P Batubara

      Anggota MPR RI Juliari P Batubara
Sesi tanya jawab dengan peserta yang hadir dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan 

            Foto bersama peserta 
Foto bersama OKP kota semarang yang bertempat di hotel andelir semarang (10/11/2015)

Selasa, 10 November 2015

Jangan Pernah Minder Menjadi Warga NKRI


Semarang, 10/11 (InfoJatengNews.com) – Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Juliari P Batubara mengatakan bangsa Indonesia jangan pernah merasa minder dan tidak merasa sebagai bangsa yang besar.

“Bangsa Indonesia ini bangsa yang besar. Hanya kita mungkin yang sering merasa minder,” katanya saat Sosialisasi Empat Pilar Bersama Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di Semarang, Selasa.

Hadir puluhan anggota OKP, seperti Pemuda Pancasila, karang taruna, dan elemen mahasiswa, di antaranya badan eksekutif mahasiswa (BEM) pada sosialisasi yang digelar di Hotel Andelir Semarang.


Menurut anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi industri, perdagangan, dan koperasi itu, jangan pernah mengerdilkan diri sendiri sebagai bangsa, apalagi di hadapan bangsa-bangsa yang lain.

Merefleksikan Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, Ari, sapaan akrab Juliari mengatakan semangat kebangsaan sebagai bangsa besar yang dimiliki pahlawan harus diteladani.

“Utamanya, kalangan generasi muda. Saya merasa semangat dan wawasan kebangsaan sekarang ini sudah mulai luntur, terutama di kalangan generasi muda,” kata politikus PDI Perjuangan tersebut.

Pada kesempatan itu, ia mencontohkan saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang semestinya dipimpin oleh dirigen yang benar-benar mengerti nada dasar lagu ciptaan WR Supratman itu.

“Memang ini persoalan ‘simpel’, tetapi penting. Penyebutannya tadi juga cuma lagu Indonesia Raya. Bedanya apa dengan lagu pop, dan lainnya. Harusnya lagu kebangsaan Indonesia Raya,” katanya.

Meski sempat lama di Amerika Serikat untuk berkuliah, Ari merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan tidak pernah ingin menjadi orang atau warga negara lain meski sebenarnya memungkinkan.

“Bagaimana orang Indonesia? Ya, harus memiliki cara hidup seperti Pancasila. Pancasila bukan sekadar ideologi, namun cara hidup yang benar-benar dijiwai oleh seluruh bangsa Indonesia,” katanya.


Setiap orang, kata dia, tentu memiliki aturan sendiri dalam keluarganya, namun ketika ke luar rumah tidak boleh seenaknya menggunakan aturannya sendiri karena sudah ada aturan terikat.

“Makanya, kenapa ada konflik warga, dan sebagainya? Karena cara hidupnya sudah tidak sesuai Pancasila lagi. Perbedaan yang selalu ditonjolkan dan memaknai kebebasan dengan tanpa batas,” pungkasnya. (Ant/ BJ)


Selasa, 03 November 2015

Kunjungan Kerja DPR RI Juliari P Batubara


Kunjungan Kerja Juliari P Batubara komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan di Kecamatan Semarang Utara 
Foto : Juliari P Batubara sedang memaparkan program progam kerja yang pro rakyat Seperti Koperasi dan UMKM 



Juliari P Batubara bersama Anggota DPRD kota semarang Kadarlusman (pilus) 
Juliari P Batubara memberikan santunan kepada anak yatim di kelurahan panggung lor kec semarang utara